anakkusayanganakkumalang

Sunday, July 23, 2006

Anakku dan Buaya Darat


Kira-kira dua minggu yang lalu kejadian ini menimpa saya, dalam suatu angkot yang membawa saya dari Pondok Gede menuju Terminal Bekasi. Seorang anak perempuan kecil berumur kira-kira 6 tahun duduk di atas pangkuan seorang wanita yang pada akhirnya diketahui sebagai pramuwisma. Pasalnya, sepanjang perjalanan yang menghabiskan waktu kira-kira satu setengah jam, anak perempuan tersebut selalu mendendangkan lagu Buaya Darat diiringi dengan musik yang diperdengarkan melalui ponselnya. Setelah lagu itu habis, diputar ulang lagi oleh anak tersebut, selalu seperti itu sepanjang perjalanan. Spontan para penumpang kaget bukan main, betapa fasihnya anak itu melantukan lagu tersebut; liriknya, nadanya, ekspresinya, sampai hentakan musik yang mengiringinya. Sejenak, marilah kita menyimak potongan lirik lagu tersebut.

kuberi segalanya

cinta harta dan jiwaku

tapi kau malah menghilang bagai hantu

sakitnya aku

lelaki buaya darat

busyet aku tertipu lagi

mulutnya manis sekali

tapi hati bagai serigala

kutertipu lagi... 2x

mungkin aku bodoh

mungkin aku naif

atau mungkin kamu penjahat wanita

Setelah Anda menyimak, mari bayangkan diri Anda adalah bocah berumur 6 tahun. Saya rasa, pertama kali Anda mendengar lagu tersebut dengan bayangan umur Anda, Anda akan mendapati pertanyaan sebagai berikut:

  1. Ibu, kok dia ngasih cinta, harta, dan jiwanya? Kenapa Bu?
  2. Ibu, setelah dikasih kok ngilang kayak hantu? Kok bisa gitu Bu?
  3. Ibu, setelah hilang kayak hantu, kok dia jadi sakit? Kenapa Bu?
  4. Ibu, buaya darat itu apa? Setahu aku, buaya adanya di sungai atau di rawa?
  5. Ibu, apa hubungan buaya darat dengan penipuan?
  6. Ibu, memangnya mulut bisa manis? Apa dikasih gula dulu?
  7. Ibu, memangnya bentuk hati seperti serigala?
  8. Ibu, kenapa dia merasa bodoh?
  9. Ibu, naif itu apa? Bukannya Naif itu grup musik?

Sembilan pertanyaan untuk potongan lirik di atas saya rasa akan membingungkan Anda sebagai orang tua. Pada tingkatan anak-anak, tidak ada unsur pendidikan yang dapat diambil, hanya urusan orang dewasa yang salah sasaran masuk ke telinga anak-anak. Lagu Buaya Darat adalah salah satu dari sekian lagu yang sangat nge-trend, tidak lagi di telinga orang dewasa, tapi juga di telinga anak-anak. Bayangkan bila setiap bulan ada lagu hits yang muncul seperti Buaya Darat ini, betapa kasihan anak-anak Indonesia. Beginilah potret anak Indonesia, tidak hanya di perkotaan, di pedesaan juga begitu.

Lain Pondok Gede, lain pula Desa Cisondari, Ciwidey. Kali pertama tugas mengajar disana, saya memberi kesempatan kepada anak-anak untuk bernyanyi agar mencairkan suasana, kaget bukan kepalang, ketika giliran anak perempuan, mereka menyanyikan lagu Teman Tapi Mesra. Lagu tersebut tidak dinyanyikan sendirian, tapi bersama-sama, kurang lebih belasan hingga dua puluhan anak. Saya dan rekan pengajar yang lain hanya bisa memberikan senyum heran dan takut. Heran karena di sana masih desa, takut karena mereka masih anak-anak.

Demikian potret anak Indonesia, walau saya tidak memberikan data kuantitatif, tapi ulasan diatas cukup representatif dalam menjawab pertanyaan seperti apakah potret anak Indonesia. Lantas, siapa yang salah? Kemudian, apakah hal tersebut menjadi masalah? Dan siapa yang harus berbenah diri?


Saturday, July 15, 2006

manusia terkuat adalah...

Percayakah Anda, bahwa manusia terkuat adalah anak-anak?
Bilamana Anda tidak percaya, cobalah Anda selama tiga jam mengikuti aktifitas anak-anak yang sedang bermain, bermain perosotan selama satu jam pertama, kemudian bermain ayunan pada satu jam kedua, kemudian bermain bola pada satu jam ketiga...
Rasakan bahwa setelah itu Anda akan merasa lelah dan berhenti untuk menghela nafas panjang...
tapi tidak untuk anak-anak...
mereka akan berkata: "ayo main lagi!!"

percayalah atau buktikan sendiri